Oleh: Sang Purnama (Kompasianer)
Pertempuran Mu'tah (bahasa Arab: معركة مؤتة , غزوة مؤتة) terjadi pada 629 M atau 5
Jumadil Awal 8 Hijriah), dekat kampung yang bernama Mu'tah, di sebelah timur
Sungai Yordan dan Al Karak, antara pasukan Khulafaur Rasyidin yang dikirim oleh
Nabi Muhammad dan tentara Kekaisaran Romawi Timur (Bashra)
Dalam catatan sejarah, sesungguhnya ada yang tidak lazim dari
perang tersebut, yang berbeda dengan peperangan lain pada masa Rasulullah
S.A.W. Apakah yang tidak lazim dari perang tersebut?
Yang tidak lazim dari perang ini adalah, saat itu Rasul mengangkat
komandan perang hingga berjumlah 3 orang, berbeda dengan peperangan yang lain,
Rasulullah biasanya hanya menunjuk satu orang Sahabat sebagai komandan perang
atau beliau sendiri yang langsung memimpinnya.
Di depan barisan pasukan kaum Muslimin, Rasulullah berpesan:
"Amirukum Zaidun (Zaid bin Haritsah). Fain qulita Zaidun,
amirukum Jakfar (jika Zaid terbunuh: Jakfar bin Abu Thalib). Fain qutila
Jakfar, Abdullah bin Rawahah".
Hal ini menandakan peperangan akan berlangsung sangat seru dan
ketiga komandan akan menemui syahid sebagai syuhada, serta adanya isyarat
pentingnya kepemimpinan itu...
Perang Mu'tah terjadi dengan kekuatan yang tidak seimbang, dimana
pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah 3.000 orang harus melawan pasukan
gabungan kaum Kafirin dan Romawi dengan jumlah 200.000 orang.
Pesan Rasulullah kepada barisan tentara Muslimin saat itu:
- Berperanglah dengan menyebut nama Alloh
- Dan berjihad fi Sabilillah
- Perangilah siapa saja yang mengingkari Allah
Pada saat pasukan kaum Muslimin berangkat menuju medan perang,
tidak ada dari tentara kaum Muslimin yang berwajah murung, apalagi takut dan
gelisah. Tidak, mereka berangkat dengan wajah yang berseri-seri. Mereka menyadari
sepenuhnya, ketika mereka membela kebenaran, maka Alloh janjikan kepada merekahusnayain (2
kebaikan).
Kebaikan itu adalah:
- Bila mereka gugur, maka akan dicatat sebagai mati syahid, dan hal ini berarti masuk surga
- Bila menang, mendapatkan kejayaan Islam.
Akan tetapi, di sela-sela pasukan kaum Muslimin ada salah seorang
sahabat yang menangis. Ternyata dia adalah Abdullah ibn Rawahah (komandan ke
3). Seorang sahabat bertanya: "Apa yang membuatmu menangis?"
Abdullah ibnu Rawahah menjawab: "Demi Alloh aku menangis
bukan karena berat meninggalkan dunia dan bukan pula keluarga tetapi karena
ingat ketilka Rasulullah membaca al-Qur'an".
"Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan
mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan". (Q.S. Maryam: 71)
Ayat ini mengisyaratkan tiap manusia pasti akan singgah di neraka.
Meski ayat ini tidak layak ditujukan kepada para Sahabat, tetapi karena
ketinggian imannya beliau khawatir bila ayat itu berlaku untuk dirinya.
Luar biasa, inilah cerminan dari kerendahan hati dan dalamnya iman
dari seorang Sahabat Nabi...
---
Singkat cerita, perang berkecamuk demikian hebatnya...
Hingga ke-3 orang sahabat yang ditunjuk oleh Rasulullah sebagai
komandan perang-pun menemui syahid di medan perang, dan... Rasulullah-pun tidak
menunjuk pengganti mereka. Maka di saat-saat terjadinya kekosongan kepemimpinan
tersebut (keadan ini sangat membahayakan pasukan kaum Muslimin), tiba-tiba
tampillah sosok pemuda yang namanya belum pernah disebut dalam sejarah
sebelumnya, dialah Tsabit ibn Arqom.
Melihat keadaan pasukan tanpa komandan, Tsabit ibn Arqom berlari
ke sana kemari dan berputar-putar mengelilingi pasukan kaum Muslimin sambil
membawa bendera perang, seraya berkata: "Wahai kaum muslimin kalian
harus bermusyawarah". Pasukan kaum Muslimin-pun menyahut: "Amirunaa
anta". Tsabit ibn Arqom tertegun, sebelum ia menjawab: "Sungguh
aku tidak pantas untuk ini".
Melihat kondisi yang semakin genting, maka Tsabit-pun mengangkat
tinggi-tinggi bendera panji perang, sampai pada akhirnya pasukan kaum Muslimin
mempercayakan kepemimpinan pasukan perang kepada "Saifulloh - Pedang
Allah", dialah Khalid ibn Walid.
Khalid bin Walid pun akhirnya memimpin peperangan yang tidak
seimbang tersebut dengan strategi yang sangat cemerlang, strategi yang belum
pernah diterapkan dalam medan pertempuran apapun sebelumnya.
Untuk menyiasati minimnya jumlah pasukan kaum Muslimin, Khalid ibn
Walid menerapkan formasi pasukan yang senantiasa berubah-ubah. Pasukan yang
berada di depan kemudian ditukar dengan pasukan yang sebelumnya berada pada
posisi belakang. Dan pasukan yang ada pada sayap kiri ditukar formasinya dengan
pasukan yang sebelumnya berjaga di sayap kanan. Akibat tindakan ini, pasukan
kafir memandang seakan-akan jumlah pasukan kaum Muslimin bertambah banyak dan
bertambah banyak, dan tiap pasukan Kafirin seakan-akan tengah menghadapi lawan
yang senantiasa baru (berubah-ubah).
Di samping itu, guna mengelabuhi dan upaya untuk menggentarkan
pasukan lawan, Khalid ibn Walid mengambil sepotong pelepah kurma kemudian diikat di belakang
kudanya dan ditariknya berputar-putar hingga debu-debu-pun berterbangan.
Pasukan lawan semakin kalud, dan mereka-pun mengira bala bantuan pasukan kaum
Muslimin kembali berdatangan dengan jumlah yang sangat banyak. Dan akhirnya
terjadi kekacauan pada pasukan lawan, hingga mereka surut ke belakang dan
menjadi tidak terkendali lagi.
Akhir
cerita, meskipun peperangan yang sesungguhnya tidak seimbang itu-pun
tidak ada pihak yang kalah maupun yang menang, namun kerugian yang
ditanggung oleh pihak pasukan lawan sangatlah besar. Dalam perang Mu'tah
tersebut, tercatat
12 Sahabat menemui Syahid termasuk 3 orang Komandan perang: Zaid bin
Haritsah, Jakfar bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Sedangkan
jumlah
pasukan yang tewas di kalangan pasukan lawan sangatlah banyak, hingga
tidak
dapat dipastikan jumlahnya.
Dalam hal konteks kekinian, perang secara fisik tidaklah berlaku
di Indonesia karena tidak ada musuh yang harus dihadapi secara fisi, sebagaiman
pada zaman Rasulullah. Akan tetapi, perang secara ideologi dan pemikiran
senantiasa tetap terjadi dan akan terus terjadi.
Perjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan tidaklah pernah
surut oleh perubahan zaman. Perjuangan dakwah melalui partai politik adalah
model perubahan dari perang secara fisik menjadi perang ideologi dan strategi
politik dalam menyejahterakan dan melayani rakyat. Untuk hal ini kita sebut
sebagai "Jihad Siyasi", atau jihad melalui perjuangan partai politik.
Dalam konteks Jihad Siyasi, pesan dan pembelajaran yang dapat kita
ambil dari perang Mu'tah ini adalah adanya tugas bagi seorang kader partai
untuk berjuang merebut "Kursi Dewan" dari mereka-mereka yang tidak
setuju dengan pandangan politik kita, perjuangan itu membutuhkan semangat dan
gelora jihad yang tinggi. Meskipun jumlah lawan-lawan politik sangatlah banyak,
maka dengan keyakinan akan datanganya pertolongan Allah S.W.T., insyaa Alloh
kemenangan-pun dapat kita raih dengan seizin-Nya.
Lantas, apa saja yang harus kita perhatikan dalam "Jihad
Siyasi" ini, agar kemenangan itu datang?
Berikut di antaranya beberapa syarat yang harus dipegang oleh para
Kader-kader partai dalam menempuh perjuangan partainya:
- Mulai aktivitas berpartai dengan niatan yang lurus dan tulus karena Allah. Di sini, kita harus melepaskan segala kepentingan individu dan kelompok. Dengan memurnikan niat untuk berdakwah melalui parlemen karena mengharap keridlaan Allah S.W.T, sesungguhnya akan menghadirkan energi positif yang luar-biasa, serta adanya pertolongan Allah dari arah yang tidak disangka-sangka.
- Setiap kader partai harus siap dalam keadaan bersih, bersih jiwa dan hartanya dengan menatap perjuangan dengan wajah berseri-seri penuh optimistik, serta yakin akan datangnya kemenangan
- Bahwa kepemimpinan itu tidak boleh dipegang oleh orang-orang yang Zalim dan mereka yang korup, karenanya seorang kader partai harus siap merebut dari tangan mereka
- Kepemimpinan dalam sebuah partai tidak boleh dibiarkan kosong, ketika terjadi kekosongan harus ada peran aktif dari kader untuk mengisinya dengan cara yang ahsan dan senantiasa melakukan perbaikan ketika melihat celah dan munculnya kelemahan
- Dalam memenangkan pertarungan politik harus dengan strategi yang cerdas dan jitu, sebagaimana strategi Khalid ibn Walid, yang selalu sukses dalam memimpin setiap peperangan
- Yakinlah bawwa yang berkuasa atas hati manusia adalah Allah, karenanya seorang kader harus selalu dekat dengan Sang Khaliq dan tidak akan berhenti meminta pertolongan hingga kemenangan itu datang
- Ketika kemenangan telah diraih, jangan sampai seorang kader terjebak dalam ketakaburan dan kesombongan. Ketika kemenangan itu datang, maka bertasbihlah dengan mensucikan nama Tuhan-mu dan mintalah ampunan dengan segala kerendahan hatimu...
----
Artikel ini ditulis untuk Kader Partai, khusunya Kader
Partai Islam...
- Amanah ummat ada di pundak kalian, jangan lalai dan jangan lemah...
- Segera bangkit dan angkat tinggi-tinggi panji-panji perjuangan kalian...
- Untuk kejayaan Negeri Indonesia...
- Untuk kejayaan Umat... dan
- Untuk kejayaan Bangsa...!!!
Semoga bermanfaat... :)
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar