Oleh Ust. H. Muhammad Yusuf Burhan, Lc
I. Kematian Adalah Keniscayaan
Diakhir surat Luqman disebutkan lima
hal ghaib yang tidak diketahui oleh manusia, salah satu diantaranya
yaitu seseorang tidak tau dimana dia akan menghembuskan napasnya
terakhir, jadi merupakan rahasia Allah swt, tapi yang jelas bahwa maut
akan datang, firman Allah swt dalam surat ali-Imran ayat 185 :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati
Andaikan ada orang yang mempunyai
istana yang megah, dan juga mempunyai jaagoan, jawarah atau para
pengawal, atau pendekar yang sakti mandraguna, dan mungkin dia juga
mempunyai benteng yang kokoh, lebih kokoh mungkin dari tembok raksasa
yang ada dicina, tapi semua itu tidak akan mampu menghadang malaikat
maut apabila telah datang menjemput, firman Allah swt dalam surat
an-Nisa’ ayat 78
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh
Di antara hikmah mengingat kematian yaitu:
Pertama: Hidup dengan penuh semangat dan gairah
Mungkin ada yang bertanya, bukankah
orang yang mengingat kematian maka dia akan merasa lesu, lemah, mudah
menyerah dan putus asa, memang ungkapan ini mungkin ada benarnya dari
satu sisi, namun bagi seorang mukmin yang meyakini adanya alam akhirat,
adanya hari pembalasan dan akan datangnya hari dimana nyawa akan
berpisah dari badan, hal ini menjadikannya untuk memiliki semangat yang
membaja, semangat yang menggelora supaya dapat menghadapi hari-hari
tersebut, dia berusaha mempersiapkan bekal yang sebaik-sebaiknya untuk
menjadi bekal setelah maut datang menjemput,dia menabung untuk
akhiratnya dengan melakukan amal-amal ketaatan, dia berusaha
mempersiapkan sebaik-baik bekal, dan bekal dan terbaik adalah takwa,
firman Alllah swt dalam surat al-Baqarah ayat 197:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Kedua: Adanya ketenangan
Seorang mukmin meyakini bahwa kematian
pasti datang, dimanapun kalau sudah datang waktunya maka tidak ada yang
bisa menundanya atau memajukannya walaupun sedetik, walaupun orang itu
berada diatas kasur yang empuk, Rasulullah saw bersabda:
من سأل الله الشهادة بصدق
بلغه الله منازل الشهداء وإن مات على فراشه (الدارمى ، وأحمد ، وأبو داود ،
والترمذى ، والنسائى ، وابن ماجه ، وابن حبان عن سهل بن أبى أمامة عن سهل
بن حنيف عن أبيه عن جده)
Barangsiapa yang mencari mati
syahid dengan niat yang benar, maka Allah swt akan memberikannya derajat
syahid walaupun dia mati diatas tempat tidurnya.
Tapi bagi orang yang tidak ingat kepada
hari pembalasan, tidak memahami akan hakikat kematian, terkadang
dihantui oleh berbagai rasa takut, takut ini dan takut itu, takut mati
dan sebagainya. Terkadang ada orang yang mau makan, tapi merasa takut,
takut kalau makanan itu ada racunnya, kalau berjalan, naik mobil atau
naik peswaaat dia merasa takut, takut kalau ada bom yang mengincarnya,
akhirnya ia selalu dihantui oleh rasa takut.
Berbeda dengan seorang mukmin, hidupnya
selalu pasrah kepada Allah swt, dia selalu sabar dan tenang dalam
menjalani kehidupannya, dia yakin bahwa tidak ada yang menimpanya
kecuali sesuatu yang telah digariskan oleh Allah swt. Dalam surat
at-Taubah ayat 51 Allah swt menegaskan:
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal."
Ketiga: Mendapat kemenangan
Pada masara, umat khalifah umar ra.
Umat Islam mampu menyebarkan Ialam kesegenap pelosok dunia, dua kekuatan
raksasa ketika itu yang mencoba tersebarnya dakwah Islam bisa dipukul
mundur, imperium Romawi dan Persia bisa ditumbangkan, bayangkan bangsa
Arab yang selama ini terkebelakang, tidak dikenal dunia kala itu bisa
menguasai dunia, bayangkan orang-orang arab kampung yang selama ini
kerjanya sebagai pengembala onta dan kambing, yang selama ini dianggap
sebagai bangsa yang mati terkubur, dianggap tidak bisa maju dan tampil
kedepan, ternyata bisa menguasai dunia,
Mengapa mereka bisa menjadi bangsa yang
hidup? Hal ini dikarnakan kehidupan mereka bersandar kepada Al-Quran
as-sunnah, inilah rahasia mengapa mereka menjadi bangsa yang kembali
hidup dan memainkan peran dalam kancah dunia, rahasianya adalah mereka
istiqamah terhadap ajaran Al-Qur’an, firman Allah swt dalam surat
al-Anam ayat 122 :
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا
فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ
مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ
لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan apakah orang
yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya
cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya
berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari
padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik
apa yang telah mereka kerjakan.
Al-Quran mengajarkan bahwa kehidupan
akhirat lebih baik dari kehidupan akhirat, kehidupan dunia hanya
sementara, oleh karena itu mereka selalu siap untuk menyongsong
kehidupan setelah alam dunia ini, mereka korbankan harta benda, jiwa
raga, dan mereka kuras tenaga dan pikiran mereka untuk berjuang
menegakkan agama Allah ini, mereka bersunggu-sungguh, mereka berjuang
sepenuh jiwa, mati merupakan hal biasa, yang luar biasa adalah kalau
mati tidak dengan membawa iman, tanpa membawa bekal yang cukup, tentunya
orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh maka dia akan menggapai
cita-citanya, dan mudah untuk mendapat kemenangan, firman Allah swt
dalam surat al-Ankabut ayat 69 :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
II. Tiga Tanda Kematian
"Dikisahkan
bahwa malaikat maut (Izrail) bersahabat dengan Nabi Ya’kub AS. Suatu
ketika Nabi Ya’kub berkata kepada malaikat maut. Aku menginginkan
sesuatu yang harus kamu penuhi sebagai tanda persaudaraan kita".
"Apakah
itu? tanya malaikat maut. Jika ajalku telah dekat, beri tahu aku.
Malaikat maut berkata, Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku tidak
hanya akan mengirim satu utusanku, namun aku akan mengirim dua atau tiga
utusanku. Setelah mereka bersepakat, mereka kemudian berpisah".
"Setelah
beberapa lama, malaikat maut kembali menemui Nabi Ya’kub. Kemudian,
Nabi Ya’kub bertanya, Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk
berziarah atau untuk mencabut nyawaku?"
"Aku
datang untuk mencabut nyawamu. Jawab malaikat maut. Lalu, mana ketiga
utusanmu? tanya Nabi Ya’kub. Sudah kukirim. Jawab malaikat, Putihnya
rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan
bungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’kub, itulah utusanku untuk
setiap bani Adam".
Kisah tersebut di atas mengingatkan tentang tiga tanda kematian yang akan selalu menemui kita, yaitu:
- Memutihnya rambut;
- Melemahnya fisik, dan
- Bungkuknya badan.
Karena itu, kita berharap agar saat menghadapi kematian dalam keadaan tunduk dan patuh kepada-Nya. "Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam". (QS Ali Imran [3]: 102).
Tidaklah
terlalu penting kita akan mati, tapi yang terpenting adalah sejauh mana
persiapan menghadapi kematian itu. Rasulullah SAW mengingatkan agar
kita bersegera untuk menyiapkan bekal dengan beramal saleh. Bersegeralah
kamu beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang memperdaya,
kekayaan yang menyombongkan, sakit yang memayahkan, tua yang melemahkan,
kematian yang memutuskan, dajjal yang menyesatkan, dan kiamat yang
sangat berat dan menyusahkan. (HR Tirmidzi).
Bekal
adalah suatu persiapan, tanpa persiapan tentu akan kesulitan dalam
mengarungi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Oleh karena itu,
Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (QS Al-Baqarah
[2]: 197)
III. Kembali dalam Keadaan Berserah Diri
Kita semua mesti memahami bahwa agama
yang disisi Allah swt hanya agama Islam, orang yang mencari agama selain
Islam maka dia akan menjadi orang yang merugi kelak pada hari kiamat,
orang yahuda mengklaim bahwa nabi Ibrahim adalah seorang yahudi,
demikian juga orang nasrani mengklaim bahwa nabi Ibrahim as adalah
seorang nasrani, namun Allah swt menolak dan membatalkan sangkaan mereka
tersebut, dan menegaskadalam al-Quran surat ali-Imran ayat 67:
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
Bahkan nabi Ibrahim berpesan kepada
putra-putranya agar mati sebagai seorang muslim, firman Allah swt dalam
surat al-Baqarah ayat 132:
وَوَصَّى بِهَا
إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى
لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah
mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam".
Oleh karena itu jangan pernah meragukan
kebenaran agama kita ini, jangan pernah merasa bimbang dengan kebenaran
risaalah yang dibawa oleh baginda Rasulullah saw, firman Allah swt
dalam surat al-Baqarah ayat 147 :
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
Kita semua berasal dari tanah dan akan
kembali kepada tanah, dan kelak masing-masing kita akan dibangkitkan
dari kubur kita masing-masing, oleh Karena itu kita mesti berusaha
supaya diri kita dan keluarga kita dan semua kaum muslimin hidup sebagai
muslim, dan mati juga sebagai seorang muslim, firman Allah swt dalam
surat ali-Imran ayat 102:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.
Sekian,semoga kita semua mendapatkan
kebahagiaan dan keselamatan, baik didunia yang fana ini,lebih-lebih
dialam akhirat yang kekal abadi.
*****
Sumber:
*http://ikadi.or.id/artikel/khutbah/555-hikmah-mengingat-kematian.html
*http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/06/12/m5ia3z-inilah-tiga-tanda-kematian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar