Minggu, 30 Juni 2013

CAHAYA TAULADAN DARI SIFAT TAWAKKAL PARA ROSUL ALLAH SWT DALAM KEHIDUPAN

Sekiranya manusia boleh bertawakal terhadap rezeki/isteri /masalah didunia, itu ialah sebuah kebaikan tetapi tidak mencapai tahap hakikat tawakal. Tawakal paling tinggi ialah dapat menjalankan amanah sebagai penyeru kejalan-Nya. Buktinya ialah apa yang terjadi kepada para nabi. Contohnya Nabi Ibrahim: tawakal yang tinggi kepada Allah dan mampu hadapi seorang diri. Allah yang bersifat al-wakil, sesungguhnya Allah akan bersama nabi Ibrahim ketika orang kafir ingin melakukan sesuatu kepada baginda. Nabi Ibrahim berkata: cukup bagiku Allah. Dia lah sebaik-baik tempat bergantung. Sekiranya tawakal kita tinggi, kita akan kurang rasa takut.


Yakin bila berjuang dengan kalimah syahadah , yakin Allah akan bantu dan kita serahkan segalanya pada Allah. Sekiranya Allah taala menyelamatkan kita, tiada siapa dapat memudaratkan kita lagi. Sesungguhnya tawakal yang tertinggi ialah tawakal berdakwah di jalan Allah, mengajak orang lain juga bertawakal kepada Allah, dan mencari petunjuk dari Allah, taufik dan hidayah. Tawakal hingga ketahap para nabi Allah bertawakal kepada Allah, tidak akan memberi kita putus asa ataupun kegagalan. Apapun yang berlaku kepada kita, terima dengan satu keredhaan. Mohon juga, ketawakalan kepada Allah bertapak kukuh di hati kita.


Seperti kisah Rasulullah SWT. Dalam masa satu tahun, dua org yang Rasulullah paling cintai meninggal dunia (Saidatina Khadijah dan Abu Talib) di saat Rasulullah benar-benar memerlukan mereka. Allah masih hendak uji ketawakalan rasul ke tahap yang paling tinggi. Hikmah dari pemergiaan orang yang disayangi, Allah beri khabar gembira. Allah hendak tahu tahap ketawakalan Rasulullah kepada Allah. Pada masa yang sama at one point, Allah hendak mengokohkan Rosul-Nya, bahwa cukup Allah saja didalam hati Rasulullah.


Allah mencintai kalau hati seorang hamba terkait dengan-Nya sendirian ketika ia sedang dalam kondisi taat. tetapi kadang hamba itu tersibukkan oleh urusan dunia, maka Allah mengambil dunianya tersebut, agar ia hanya tersibukkan oleh Allah saja, dan bertawakal pada-Nya, beribadah dan beramal shaleh meraih pertolongan-Nya.


Sama juga seperti kisah Nabi Ibrahim. Apa yang berlaku dengan kisah nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan anaknya(nabi Ismail dan isterinya Siti Hajar). Apabila berjumpa kembali setelah sekian lama, Allah perintahkan agar menyembelih Nabi Ismail. Allah sayangkan nabi Ibrahim dan Allah inginkan cinta hakiki nabi Ibrahim itu hanya kepada Allah.

Lihatlah ketika Ya'qub sgt tertairk pada Yusuf sehingga kecintaan terhadap Yusuf memenuhi semua hidup dan hatinya.


Maka Allah mengambil Yusuf selama dua puluh tahun, sehingga hatinya kembali dipenuhi cinta pada Allah. Setelah itu Dia pun mengembalikan Yusuf padanya.


Cari balik kekuatan diri kita, jadikanlah sebuah langkah nyata menunjukkan diri hanya meyakini kekuasaan-Nya, agar dapat tahap ketawakalan yang tinggi kepada Allah. Allah sentiasa memberi peluang/suasana untuk mendapat darjat yang tinggi di sisi Allah, jangan bersedih kerana sedih merupakan tahap tawakal yang rendah kepada Allah. Setiap cinta memerlukan pengorbanan, meraih cinta tertinggi harus dengan meluluhkan rasa duniawi dan kepentingan, dan mempersembahkan manisnya buah cinta berupa amal shaleh terbaik bagi diri-Nya, disanalah kemenangan yang nyata.


Allah SWT Berfirman,"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." ( At Thalaq : 3)


Allah SWT Berfirman “Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Apa saja yang kalian nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

(Ali Imran: 92)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar