Sekiranya manusia boleh bertawakal terhadap rezeki/isteri
/masalah didunia, itu ialah sebuah kebaikan tetapi tidak mencapai tahap
hakikat tawakal. Tawakal paling tinggi ialah dapat menjalankan amanah
sebagai penyeru kejalan-Nya. Buktinya ialah apa yang terjadi kepada para
nabi. Contohnya Nabi Ibrahim: tawakal yang
tinggi kepada Allah dan mampu hadapi seorang diri. Allah yang bersifat
al-wakil, sesungguhnya Allah akan bersama nabi Ibrahim ketika orang
kafir ingin melakukan sesuatu kepada baginda. Nabi Ibrahim berkata:
cukup bagiku Allah. Dia lah sebaik-baik tempat bergantung. Sekiranya
tawakal kita tinggi, kita akan kurang rasa takut.
Yakin bila
berjuang dengan kalimah syahadah , yakin Allah akan bantu dan kita
serahkan segalanya pada Allah. Sekiranya Allah taala menyelamatkan kita,
tiada siapa dapat memudaratkan kita lagi. Sesungguhnya tawakal yang
tertinggi ialah tawakal berdakwah di jalan Allah, mengajak orang lain
juga bertawakal kepada Allah, dan mencari petunjuk dari Allah, taufik
dan hidayah. Tawakal hingga ketahap para nabi Allah bertawakal kepada
Allah, tidak akan memberi kita putus asa ataupun kegagalan. Apapun yang
berlaku kepada kita, terima dengan satu keredhaan. Mohon juga,
ketawakalan kepada Allah bertapak kukuh di hati kita.
Seperti
kisah Rasulullah SWT. Dalam masa satu tahun, dua org yang Rasulullah
paling cintai meninggal dunia (Saidatina Khadijah dan Abu Talib) di saat
Rasulullah benar-benar memerlukan mereka. Allah masih hendak uji
ketawakalan rasul ke tahap yang paling tinggi. Hikmah dari pemergiaan
orang yang disayangi, Allah beri khabar gembira. Allah hendak tahu tahap
ketawakalan Rasulullah kepada Allah. Pada masa yang sama at one point,
Allah hendak mengokohkan Rosul-Nya, bahwa cukup Allah saja didalam hati
Rasulullah.
Allah mencintai kalau hati seorang hamba terkait
dengan-Nya sendirian ketika ia sedang dalam kondisi taat. tetapi kadang
hamba itu tersibukkan oleh urusan dunia, maka Allah mengambil dunianya
tersebut, agar ia hanya tersibukkan oleh Allah saja, dan bertawakal
pada-Nya, beribadah dan beramal shaleh meraih pertolongan-Nya.
Sama juga seperti kisah Nabi Ibrahim. Apa yang berlaku dengan kisah nabi
Ibrahim. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan anaknya(nabi
Ismail dan isterinya Siti Hajar). Apabila berjumpa kembali setelah
sekian lama, Allah perintahkan agar menyembelih Nabi Ismail. Allah
sayangkan nabi Ibrahim dan Allah inginkan cinta hakiki nabi Ibrahim itu
hanya kepada Allah.
Lihatlah ketika Ya'qub sgt tertairk pada Yusuf sehingga kecintaan terhadap Yusuf memenuhi semua hidup dan hatinya.
Maka Allah mengambil Yusuf selama dua puluh tahun, sehingga hatinya
kembali dipenuhi cinta pada Allah. Setelah itu Dia pun mengembalikan
Yusuf padanya.
Cari balik kekuatan diri kita, jadikanlah sebuah
langkah nyata menunjukkan diri hanya meyakini kekuasaan-Nya, agar dapat
tahap ketawakalan yang tinggi kepada Allah. Allah sentiasa memberi
peluang/suasana untuk mendapat darjat yang tinggi di sisi Allah, jangan
bersedih kerana sedih merupakan tahap tawakal yang rendah kepada Allah.
Setiap cinta memerlukan pengorbanan, meraih cinta tertinggi harus dengan
meluluhkan rasa duniawi dan kepentingan, dan mempersembahkan manisnya
buah cinta berupa amal shaleh terbaik bagi diri-Nya, disanalah
kemenangan yang nyata.
Allah SWT Berfirman,"Dan memberinya
rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (
At Thalaq : 3)
Allah SWT Berfirman “Kalian sekali-kali tidak
sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan
sebagian harta yang kalian cintai. Apa saja yang kalian nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
(Ali Imran: 92)
|
Minggu, 30 Juni 2013
CAHAYA TAULADAN DARI SIFAT TAWAKKAL PARA ROSUL ALLAH SWT DALAM KEHIDUPAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar