Minggu, 30 Juni 2013


 
Ibnu Qudamah menyebutkan suatu riwayat dari al Hasan berkata,”Dahulu pernah ada satu pohon yang disembah selain Allah swt maka datanglah seorang laki-laki yang mengatakan,”Aku pasti akan menebang pohon ini.” Maka ia pun mendatanginya dan ingin menebangnya semata-semata murka karena Allah. Setan yang menyerupai manusia mencoba menghampirinya dan berkata,”apa yang engkau inginkan?’ laki-laki itu menjawab,’Aku ingin menebang pohon ini yang disembah selain Allah.’ dia itu berkata,’Jika memang engkau tidak menyembahnya maka pohon yang disembah ini tidak akan merugikanmu?

Laki-laki itu berkata,’Aku pasti menebangnya.’ Dia berkata kepadanya,’apakah engkau mau sesuatu yang lebih baik daripada menebang pohon ini, jika kamu tidak menebangnya maka kamu akan mendapatkan dua dinar pada esok hari dari bawah bantalmu.’ Laki-laki itu mengatakan,’siapa yang memberikan itu kepadaku.’ Dia berkata,’aku’.

Lalu laki-laki itu pun kembali pulang dan pada keesokan harinya dia mendapati dua dinar dari bawah bantalnya. Kemudian pada esok harinya lagi dia tidak mendapatinya lagi dan ia pun murka dan ingin menebang pohon itu. Maka setan yang menyerupai manusia menemuinya dan berkata,’apa yang kamu inginkan?’ dia berkata,’Aku ingin memotong pohon ini yang disembah selain Allah.’ Dia berkata,’kamu bohong, aku akan menghalangimu dari menebangnya,’ laki-laki itu pun berusaha menebangnya namun dia menghalanginya dan terjadi pergumulan sehingga ia mampu mencekik laki-laki itu, dan berkata,”Tahukah kamu siapa aku?’ maka dia pun memberitahukannya bahwa dirinya adalah setan. Setan berkata,’pada pertama kali engkau datang adalah semata-mata murka karena Allah sehingga aku tidak memiliki jalan untuk menghalangimu. Maka aku pun memperdayamu dengan dua dinar kemudian aku menghentikannya. Dan tatkala engkau tidak mendapatkannya lagi maka engkau pun murka karena dua dinar itu sehingga aku bisa menguasaimu.” (Mikhtashar Minhaj al Qosidhin hal 348)

Dikisahkan dari Abu Tsumamah bahwa orang-orang al Hawariyyin pernah bertanya kepada Isa as tentang orang-orang yang ikhlas. Maka beliau as menjawab,”yaitu orang yang beramal dan tidak menyukai pujian orang lain.” (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an jilid V hal 389)

Kemudian mengapa iblis tidak bisa menyesatkan orang-orang yang ikhlas atau menyimpangkan dari jalan kebenaran ? Hal itu dikarenakan mereka adalah orang-orang yang senantiasa menjadikan seluruh aktivitas ibadahnya hanya untuk Allah swt saja, bukan untuk riya atau mencari kemasyhuran di mata manusia. Keikhlasannya menjadi benteng dan pertahanan yang sangat kokoh untuk bisa ditembus oleh setan apalagi dikuasai oleh mereka.

Dalam hal ini, bisa kita simak penuturan Sayyid Qutb yang menjelaskan tentang hal ini, dia mengatakan bahwa makna firman-Nya “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku’’ yang ikhlas untuk-Ku maka tidak ada kuasa bagimu (setan) untuk menguasai mereka, tidak bisa mempengaruhi mereka, tidak bisa engkau jadikan mereka memandang indah perbuatan maksiat karena kamu terpenjara dihadapan mereka, karena mereka berada didalam suatu penjagaan yang kokoh dari gangguanmu, karena jalan masukmu kedalam diri mereka terkunci. Mereka adalah orang-orang yang menggantungkan pandangan mereka kepada Allah dan mengetahui tipu dayanya dengan fitrah mereka yang berhubungan erat dengan Allah swt. (Fi Zhilalil Qur’an juz IV hal 2142)

Iblis meminta kepada Allah swt Agar dirinya ditangguhkan hingga hari kiamat dan bertekad untuk menggoda anak-anak Adam agar mengikuti langkah-langkahnya dan kelak juga akan memasuki neraka bersamanya, sebagaimana firman Allah swt :

Artinya : “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka" Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (QS. Al Hijr : 39 – 42)

Al Qurthubi mengatakan bahwa “memandang baik” memiliki dua makna : bisa berarti (memandang baik) perbuatan maksiat dan bisa juga bermakna mereka disibukkan oleh perhiasan dunia dari ketaatan kepada Allah swt.

Sedangkan makna “pasti aku akan menyesatkan mereka” adalah menyesatkan mereka dari jalan petunjuk. Diriwayatkan oleh Ibnu al Hai’ah dari Abdullah dari Daraj Abi as Samh dari Abi al Haitsam dari Abi said al Khudriy bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya iblis berkata,’Wahai Allah demi keagungan dan kebesaran-Mu pasti aku akan menyesatkan anak-anak Adam selama ruh mereka berada didalam jasad mereka.’ Maka Allah berkata,’demi keagungan dan kebesaran-Ku pasti aku akan mengampuni mereka yang meminta ampunan kepada-Ku.”

Firman-Nya,” kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka" para penduduk Madinah dan Kufah membaca dengan memfathahkan laam yang berarti orang-orang yang Engkau pilih dan ikhlas. Sedangkan yang lainnya membaca dengan mengkasrahkan laam yang berarti orang-orang yang mengikhlaskan ibadah untuk-Mu dari kerusakan atau riya.
 
 

Suka · · Bagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar