Umat
kita pada abad-abad pertama --yang merupakan abad-abad yang paling
utama-- telah berinteraksi dengan baik terhadap Al Qur'an. Mereka
berlaku baik dalam memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku
baik dalam mengimplementasikannya secara massive dalam kehidupan mereka,
dalam bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta berlaku baik
pula dalam mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat.
Kehidupan mereka telah diubah oleh Al Quran dengan amat drastis dan
revolusioner.
Al Qur'an telah merubah mereka dari
perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian Islam, dan mengeluarkan
mereka dari kegelapan ke dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti oleh
murid-murid mereka dengan baik, untuk selanjutnya murid-murid generasi
berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan baik pula.
Melalui mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia,
membebaskan negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka di atas
bumi, sehingga mereka kemudian mendirikan negara yang adil dan baik,
serta peradaban ilmu dan iman.
Kemudian datang
generasi-generasi berikutnya, yang menjadikan Al Qur'an terlupakan,
mereka menghapal hurup-hurupnya, namun tidak memperhatikan
ajaran-ajarannya.
Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar
dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al Qur'an,
tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al Qur'an serta tidak
menganggap kecil apa yang dinilai kecil oleh Al Qur'an. Di antara merek
ada yang beriman dengan sebagiannya, namun kafir dengan sebagiannya
lagi, seperti yang dilakukan oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap
kitab suci mereka.
Mereka tidak mampu berinteraksi secara baik
dengan Al Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT. Meskipun
mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dinding-dinding
rumah mereka dengan ayat-ayat Al Qur'an, namun mereka lupa bahwa
keberkahan itu terdapat dalam mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya.
Seperti difirmankan oleh Allah SWT:
"Dan Al Qur'an itu adalah
kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al An'aam: 155)
Tidak
ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, ketertinggalan dan
keterpecah-belahan mereka selain dari kembali kepada Al Qur'an ini.
Dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam yang diikuti. Dan cukuplah
Al Qur'an sebagai petunjuk:
"Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?." (An Nisaa: 122)
Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya umat yang memeliki manuskrip
langit yang paling autentik, yang mengandung firman-firman Allah SWT
yang terakhir, yang diberikan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia.
Dan anugerah itu terus terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata
maupun makna. Karena Allah SWT. telah menjamin untuk memeliharanya, dan
tidak dibebankan tugas itu kepada siapapun dari sekalian makhluk-Nya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al Hijr: 9).
Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus persen: "(Inilah) suatu kitab yang
ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci
yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu."
(Huud: 1)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab
agama atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan,
kecuali Al Qur'an. Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau
mengurangi satu hurup-pun darinya.
Al Qur'an adalah "cahaya" yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, di samping cahaya fithrah dan akal:
"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)." (An Nuur: 35). Dan Al Qur'an
mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai cahaya, dalam banyak ayat.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (Muhammad dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al Qur'an)." (An Nisaa: 174)
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur'an) yang telah Kami turunkan." (At Taghaabun: .
Dan berfirman kepada para sahabat Rasulullah Saw dengan firman-Nya:
"Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an)." (Al A'raaf: 157)
Di antara karakteristik cahaya adalah: Dirinya sendiri telah jelas,
kemudian ia memperjelas yang lain. Ia membuka hal-hal yang samar,
menjelaskan hakikat-hakikat, membongkar kebatilan-kebatilan, menolak
syubhat (kesamaran), menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang
kebingungan saat mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki
petunjuk jalan, serta menambah jelas dan menambah petunjuk bagi orang
yang telah mendapatkan petunjuk. Dan jika Al Qur'an mendeskripsikan
dirinya sebagai "cahaya", dan dia adalah "cahaya yang istimewa"
Tim Ustadz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar