Senin, 21 September 2015

Mengapa Bisa Terjadi Obesitas?

Ancaman obesitas terhadap kesehatan tidaklah main-main. Baca lebih lanjut mengenai prevalensi obesitas serta penyebabnya di sini. KlikDokter.com - Obesitas adalah suatu kondisi yang kompleks, memiliki dimensi sosial dan psikologi yang serius, mempengaruhi hampir semua usia dan strata sosial-ekonomi, serta mengancam – baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut WHO, prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2014. Pada tahun 2014 terdapat lebih dari 1,9 miliar orang dewasa (di atas 18 tahun) mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas. Secara keseluruhan, sekitar 13% dari populasi dunia dewasa (11% laki-laki dan 15% perempuan) mengalami obesitas pada tahun 2014. Bagaimana dengan Indonesia? Menurut data Riskesdas 2013, secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Obesitas sentral merupakan faktor risiko beberapa penyakit kronis seperti diabetes melitus, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, kanker, serta radang sendi. Dikatakan obesitas sentral apabila laki-laki memiliki lingkar perut >90 cm, sementara perempuan dengan lingkar perut >80 cm. Menurut pengukuran indeks massa tubuh (IMT), batas ambang IMT di Indonesia adalah sebagai berikut: Kategori Indeks Massa Tubuh Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4 Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Berat Badan (kg) IMT = ------------------------------------------------------- Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) Penyebab Obesitas Obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style. Menurut Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, situasi konsumsi pangan Indonesia berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan 2009 menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian, minyak, dan mineral sudah melebihi batas anjuran. Namun penyebab obesitas jauh lebih kompleks dari sekadar ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi. Meskipun pandangan ini dapat menyederhanakan berbagai mekanisme terjadinya obesitas, namun obesitas jauh lebih dari sekedar hasil dari makan terlalu banyak dan/atau berolahraga terlalu sedikit. Lalu faktor apa saja yang menyebabkan obesitas? Halaman berikut penjelasan selengkapnya: Beberapa faktor yang diyakini terlibat dalam terjadinya obesitas antara lain: Faktor genetik Secara medis, obesitas dikategorikan sebagai suatu sindrom. Diketahui lebih dari 350 gen atau penanda gen berkaitan dan berkontribusi terhadap obesitas. Kecenderungan genetik seseorang untuk mengalami obesitas tidak berarti bahwa obesitas tidak dapat dihindari, karena dibutuhkan pula pemicu berupa faktor lingkungan untuk ekspresi potensi genetik obesitas tersebut. Faktor tersebut antara lain diet, olahraga, penyakit metabolik dan endokrin, serta obat-obatan. Tingkat aktivitas Aktivitas fisik yang dimaksud di sini adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Faktor endokrin dan metabolik Penyakit tiroid umum ditemukan pada penderita obesitas. Maka sebaiknya dilakukan pula pemeriksaan hormon tiroid sebelum dilakukan program penurunan berat badan. Keberadaan penyakit tiroid dapat menyulitkan pasien untuk menurunkan berat badan. Contoh penyakit endokrin lain adalah sindrom Cushing dan insulinoma. Kebiasaan diet Secara garis besar, mekanisme obesitas yang diketahui saat ini adalah peningkatan asupan makanan (terutama yang tinggi lemak), serta perbedaan kemampuan tubuh antar individu dalam mengoksidasi lemak dan menyimpan kelebihan lemak dalam tubuh. Kurangnya perhatian dan waktu untuk menyiapkan makanan di rumah juga dapat meningkatkan konsumsi makanan siap saji yang tinggi kadar lemak, sehingga berkontribusi pada obesitas. Stres emosional Depresi dikaitkan dengan peningkatan berat badan pada 10-20% kasus obesitas. Pada beberapa kasus, obesitas juga terkait dengan trauma atau kejadian emosional bermakna pada kehidupan pasien. Riwayat diabetes gestasional. Bayi dengan berat badan lahir yang tinggi, dan terutama mereka yang ibunya menderita diabetes gestasional, akan memiliki peningkatan risiko obesitas. Secara garis besar, penurunan angka obesitas dapat dilakukan dengan perubahan pola makan dan aktivitas fisik dalam lingkup individu dan lingkup masyarakat. Tentunya hal ini membutuhkan dukungan dari pemerintah berupa perbaikan sektor kesehatan, pertanian, dan transportasi; perencanaan kota dan lingkungan; pengolahan makanan, distribusi, dan pemasaran; serta pendidikan bagi masyarakat. Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai topik ini, silakan ajukan pertanyaan Anda di fitur Tanya Dokter Klikdokter.com di laman website kami.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar