Minggu, 18 September 2011

Batasan Pengertian Surveilans Epidemiologi

Istilah surveilans berasal dari bahasa Prancis, yaitu “surveillance”, yang berarti “mengamati tentang sesuatu”. Meskipun konsep surveilans telah berkembang cukup lama, tetapi seringkali timbul kerancuan dengan kata “surveillance” dalam bahasa inggris, yang berarti “mengawasi perorangan yang sedang dicurigai”. Sebelum tahun 1950, surveilans memang diartikan sebagai upaya pengawasan secara ketat kepada penderita penyakit menular, sehingga penyakitnya dapat ditemukan sedini mungkin dan diisolasi secepatnya serta dapat diambil langkah-langkah pengendalian seawal mungkin. Selanjutnya, pengertian surveilans epidemiologi yaitu kegiatan untuk memonitor frekuensi dan distribusi penyakit di masyarakat.

Ada beberapa definisi surveilans, diantaranya adalah :

Menurut The Centers for Disease Control, surveilans kesehatan masyarakat adalah :
The ongoing systematic collection, analysis and interpretation of health data essential to the planning, implementation, and evaluation of public health practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of these data to prevention and control

Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah :
“Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :
1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.
2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan dari program pemberantasan penyakit tersebut.
3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah”.

Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah :
“Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya”.

Surveilans Epidemiologi, Mukono, 2000, p.3

ex: Review Program Surveilans Epidemiologi
Polewali Mandar Sulawesi Barat,– Kesakitan masih sering terjadi, menyerang golongan usia balita (bawah lima tahun), dan menimbulkan kematian, misalnya Diare, Typoid, TB-Paru, Malaria dan Pneumonia. Di RSUD Polewali hampir tiap minggu pasien yang dirawat ada yang meninggal, Karena salah satu pernyakit-penyakit tersebut. Serta Hati-Hati Terhadap Influensa! Kesakitan juga ditemukan kelompok usia produktif, Kematian ibu fluktuatif namun cenderung turun dan terkendali—– dibulan Agustus 2010 ini sudah ada 9 kematian—— sepertinya prediksi penulis jumlah kematian ibu ditahun 2010 sedikitnya mendekati kebenaran——— Kematian bayi cenderung naik dan tak terkendali serta status gizi balita (buruk+kurang) masih banyak ditemukan. Dan masih sering terjadi KLB (Kajadian Luar Biasa) penyakit (awas ! chikungunya ). adalah kesimpulan Review Program Survailans Epidemiologi Polewali Mandar tahun 2009 dan posisinya di bulan Juli 2010 tahun ini, yang saya lakukan untuk melihat beberapa perkembangan penyakit di Polewali Mandar sebagai bahan rekomendasi untuk tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit tingkat Kabupaten Polewali Mandar dan Propinsi Sulawesi Barat Indonesia.

Sebenarnya Program Survailans Epidemiologi ———– ( surveilans berasal dari bahasa perancis artinya pengamatan terhadap sesuatu ) ————— yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setingkat kabupaten Polewali Mandar dan mengkoordinir unit-unit pelaksana Program Survailans Epidemiologi, bukan saja mengumpulkan data tetapi juga harus ditunjang dengan Kemampuan Analisis, karena dibalik analisis tersebut dapat terlihat pola-pola ——— trend=kecenderungan tetapi penulis lebih suka menggunakan istilah pola-pola kejadian———– terjadi penurunan kasus penyakit atau terjadinya peningkatan kasus penyakit. Pola-pola ini sangat penting, untuk upaya peringatan dini untuk mencegah peningkatan kasus secara bermakna, mempermudah kesiap-siagaan dan respon cepat—- pencegahan dan penanggulangan dini—-Ini semua adalah tugas dari Program Survailans Epidemiologi.



Menurut Prof. Nur Nasri Nur (1997) Guru Besar Epidemiologi FKM Unhas, sekaligus juga dosen saya waktu kuliah di FKM-UNHAS, Surveilans Epidemiologi adalah Pengamatan secara terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaannya maupun penyebarannya ( distribusi and Frekwensi ) dalam suatu kelompok masyarakat, untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.



Salah satu sistem pencatatan yang dikembangkan dalam program Survailans epidemiologi untuk melakukan pemantauan pola-pola penyakit adalah Survailans Terpadu Penyakit yang disingkat dengan STP. Laporan Survailans Terpadu Penyakit ( STP ) Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar ditahun 2009 dan laporan sampai dengan bulan Juli 2010, dapat memperlihatkan pola-pola terjadinya penyakit yang terhimpun dalam pemantauan survailans epidemiologi, misalnya saja, Pola terjadinya penyakit Influensa (suspek=dicurigai) di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2009 sampai dengan bulan Juli 2010,


Grafik Penyakit Yang dicurigai sebagai Influensa



Terlihat pola Perkembangan jumlah kasus ditahun 2009 dimana rata-rata kasus perbulannya sebanyak 3.575 kasus dengan kasus maksimal terjadi pada bulan Juni 2009 sebanyak 4.770 kasus dan kasus minimnal terjadi dibulan September 2009 sebanyak 2.492 kasus. Pola perkembangan ditahun 2009 ini ——- sebaiknya tiga tahunan—- menjadi dasar untuk melakukan survailans epidemiologi influenza ditahun 2010. Data penyakit influenza yang dicurigai dari Januari sampai Juni 2010 dapat terlihat pada gambar atau dapat menunjukkan bahwa penyakit influenza dapat terkendali, selalu berada dibawah rata-rata walau sedikit terlihat ada kecenderungan naik.

Pola perkembangan penyakit Influensa di Polewali Mandar ini juga dapat memperlihatkan lokasi kasus terbanyak dan golongan umur atau kelompok umur dengan kasus terbanyak, seperti yang diperlihat pada gambar dibawah ini


Lokasi dan kelompok umur penderita Suspek Influensa



Kecamatan Tinambung, Kecamatan Matakali dan sebagian kecamatan Polewali (wilayah Kerja Puskesmas Massenga) merupakan wilayah dengan kasus penyakit influenza yang dicurigai berada diatas rata-rata kasus tahun 2009. Wilayah-wilayah dengan kasus terbanyak ini berada disepanjang jalur jalan propinsi dan secara geografis berada pada wilayah pantai di Kabupaten Polewali Mandar, serta banyak terjadi pada musim-musin perpindahan musim panas dan hujan yaitu bulan Juni, Juli dan Agustus.

Sementara itu kelompok umur dengan jumlah kasus Influensa yang dicurigai terbanyak di temukan pada umur 1-10 tahun dan juga banyak ditemukan pada kelompok umur usia produktif (20-44 tahun). Karena penyakit ini termasuk penyakit menular, dengan jumlah kasus terbanyak ini, dapat memperlihatkan ada hubungan (kontak) kelompok umur 1-10 tahun dan 20-44 tahun dalam pengertian hubungan anak dengan kedua orang tua merupakan salah sebab peningkatan kasus pada kelompok umur tersebut.

Pola-Pola perkembangan penyakit Influensa yang dicurigai di Polewali Mandar ini juga terlihat dengan jelas pada penyakit diare, Typoid, TB-Paru, Malaria dan Pneumonia. Pada data Survailans Terpadu Penyakit berbasis Puskesmas (19 Puskesmas) dan Berbasis Rumah Sakit (1 Rumah Sakit = RSUD Polewali) memperlihatkan pola hubungan yang sangat jelas. Pola hubungan yang dapat memperlihatkan Peningkatan kasus penyakit (Kesakitan) pada unit-unit Puskesmas disertai juga peningkatan rawat inap kasus penyakit (Kesakitan) pada data survailans Rumah Sakit. Adanya peningkatan kasus yang ekstrim juga disertai dengan adanya jumlah kematian penyakit-penyakit ini (Diare, Typoid, TB Paru, Malaria dan Pneumonia) di Rumah Sakit Umum Polewali Mandar


Data Kesakitan dan Kematian Rawat Inap Survailans Terpadu Penyakit Berbasis Rumah Sakit Umum Polewali ditahun 2009 total jumlah pasien dengan penyakit tertentu (diare, Typoid, TB-Paru, Malaria dan Pneumonia) yang dirawat dan keluar (hidup maupun mati) sebanyak 1.775 kasus dengan jumlah kematian 76 kasus kematian. Artinya adalah Di Rumah Sakit Umum Polewali berdasar data Survailans Epidemiologi tiap hari ditemukan 4-5 passien penyakit (diare, Typoid, TB-Paru, Malaria dan Pneumonia) yang masuk dan rawat Inap, dan diantara penyakit-penyakit tersebut (diare, Typoid, TB-Paru, Malaria dan Pneumonia) hampir tiap minggu ada yang meninggal dunia.

Review Program Survailans Epidemiologi oleh penulis juga dilakukan terhadap laporan minggu kesakitan dan kematian terutama kematian ibu dan kematian bayi. Kematian Ibu ditahun 2010 sampai dengan bulan Juli 2010 telah terlaporkan sebanyak 9 kematian, kalau dilihat pola kematian ibu dari empat tahun terakhir di Polewali Mandar yaitu nilai median kematian 16, nilai kematian maksimal 22 dan nilai kematian minimal 12 maka kematian dengan posisi 9 (periode Agustus 2010) diasumsikan dalam taraf yang wajar dan terkendali. Hanya saja Pola kematian ibu ini tidak didukung dengan Pola Kematian bayi, terlihat ada yang tidak wajar pada pola kematian bayi yaitu adanya pola peningkatan kematian bayi yang cederung naik dalam tiga tahun terakhir atau sudah berada diatas ambang batas maksimal, artinya pola kematian bayi sudah tidak terkendali.

Dan terakhir review yang dilakukan oleh penulis adalah penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan KLB penyakit ditahun 2010 ini. Secara keseluruhan dari data Survailans Terpadu Penyakit baik yang berbasis Puskesmas dan Rumah Sakit. Tidak terlihat ada pola yang menunjukkan terjadi KLB, termasuk data yang terakhir masuk ( Laporan wabah =W1 Puskesmas) dicurigai adanya peningkatan demam chikungunya. Di wilayah kerja Puskesmas Katumbangan Lemo yaitu desa Ketumbangan dan lemo hanya ditemukan peningkatan Demam Chikungunya, bukan KLB tetapi bersifat epidemik.

Rekomendasi dari review program surveilans epidemiologi ini terutama masih adanya kesakitan dan kematian yang pada dasarnya dapat dicegah atau ditekan untuk upaya-upaya peningkatan status kesehatan adalah
Pencegahan kesakitan pada golongan usia balita masih perlu ditingkatkan terutama penyakit-penyakit Diare, Typoid, TB-Paru, Malaria dan Pneumonia.
Di RSUD Polewali sangat diperlukan peningkatan mutu pelayanan rawat inap sehingga kematian yang disebabkan oleh penyakit yang pada dasarnya dapat dicegah dapat dihindari
Hati-Hati Terhadap Influensa, walapun penyakit baru suspek, namun karena keberadaannya berhubungan dengan penyakit Flu Burung (H5N1 dan H1N1) sangat diperlukan upaya pencegahan dan daya tahan sesorang terhadap penyakit ini.
Kesakitan pada kelompok usia produktif, perlu juga mendapat perhatian karena berhubungan dengan tingkat produktifitas dan pendapatan perkapita seseorang
Perlu perhatian yang serius terhadap Kematian bayi cenderung naik dan tak terkendali serta status gizi balita (buruk+kurang) masih banyak ditemukan.

—————————————————————————

Baca juga artikel terkait
Inferensi dalam Epidemiologi Kesehatan
Penyelidikan Demam Chikungunya
Akses Rumah Tangga Terhadap Air Bersih di Polewali Mandar.
Epidemiologi Dalam Program Cegah Penyakit Kusta
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar tahun 2009
Memprediksi Kematian Ibu dan Bayi di Polewali Mandar
Proyeksi dan Prediksi Kebijakan Kesehatan Polewali Mandar.
Faktor Resiko dan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Toyota SEO Award 2010 : Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia

Catatan

Hasil Review Program Survailans Epidemiologi ini juga penulis presentasekan pada pertemuan Review Program Surveilans Se Propinsi Sulawesi Barat yang dilaksanakan tanggal 11-12 Agustus 2010 di d’Maleo Hotel and Convention Mamuju Propinsi Sulawesi Barat, di Fasilitasi oleh Bagian Surveilans Epidemiologi Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat dan di Hadiri oleh Petugas Surveilans Kabupaten dan Kecamatan, Pejabat setingkat eselon III se Kabupaten di Propinsi Sulawesi Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar