Siapa di Belakang HT, dan Sejenisnya yang Menghambat Dakwah Parlemen?
By Saefullah on July 5, 2013
Oleh: Dodi Indra Permadi
DUA langkah telah dilakukan untuk menghambat perjuangan amar ma’ruf
nahi mungkar di parlemen, pertama, mengharamkan parlemen dan jalan
menuju ke parlemen yaitu pemilu atau demokrasi, kedua, membentuk opini
negatif dengan jalan mengungkap kelemahan, kejelekan dan kesalahan
orang-orang yang berjuang di parlemen, dari dua langkah tersebut
diharapankan umat Islam menjauhi dan tidak mendukung perjuangan di
parlemen.
Langkah pertama sangat relevan, karena mencari hukum
sebuah perbuatan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan umat Islam, tapi
sayangnya, telah nyata tidak ada nash yang mengharamkannya tetap
mencari-cari nash untuk mengharamkannya, sehingga mudharat yang akan
didapat, karena akan dapat mengharamkan sesuatu yang tidak haram seperti
libur hari Sabtu-Minggu, pajak 10%, sistem jenjang pendidikan SD sampai
perguruan tinggi, gelar kelulusan atau ijazah dan banyak hal lagi yang
harus diharamkan.
Langkah kedua tidak relavan, pertama,
mencari-cari kelemahan dan kesalahan sesama muslim untuk membentuk citra
buruk adalah larangan agama :
Abu Hurairah ra berkata :
bersabda Nabi saw: “Tiada seorang yang menutupi aurat kejelekan orang
lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi kejelekannya di hari
kiamat,” (HR. Muslim).
Padahal kalau memang terdapat kejelekan
dan kesalahan orang-orang yang berjuang di parlemen, seharusnya diberi
nasehat dan didoakan agar istiqomah dan selalu dalam kebaikan bukan
malah dibuka aibnya, kedua, disebabkan sibuk mencari kelamahan dan
kesalahan orang lain, dia sendiri lupa bahwa dia justru tidak mencapai
kemajuan sedikitpun dalam dakwahnya dan lupa untuk instropeksi diri,
padahal alangkah bermanfaatnya bila segenap tenaga dan pikiran
dicurahkan untuk mencapai kemajuan dakwahnya, dan ada yang lebih
berbahaya dari itu semua yaitu boomerang yang sedang menuju dirinya,
pepatah mengatakan senjata makan tuan, sibuk melempar boomerang ke arah
musuh, tidak sadar boomerang mengarah balik ke dirinya.
Kalau
kita kritis, pembentukan opini negatif oleh orang-orang yang
mengharamkan parlemen yang ditujukan untuk memberikan citra negatif
kepada orang-orang yang berjuang di parlemen, sebetulnya juga berlaku
bagi pembuat opini itu sendiri, misalnya opini yang paling sering
dihembuskan baik di internet, buku maupun diskusi face to face adalah :
Tidak mungkin syariat Islam ditegakkan melalui demokrasi yang notabene
bukan dari Islam, tidak ada dalam sejarah, syariat Islam yang berhasil
ditegakkan melalui parlemen dan demokrasi.
Pertama, opini
tersebut dimaksudkan untuk menggiring umat Islam supaya mempunyai
pemahaman bahwa orang-orang yang berjuang di parlemen tidak akan pernah
berhasil untuk menegakkan syariat Islam dan akan menemui kesia-siaan.
Diharapkan setelah terbentuk opini tersebut umat Islam akan menarik
dukungannya terhadap perjuangan di parlemen.
Tanpa pemahaman
kritis, sangat logis bila opini tersebut nampak sebagai pendapat yang
benar, karena yang dinyatakan dalam opini tersebut adalah dhahir
realita, yang memang realitanya tidak ada dalam sejarah, syariat Islam
yang berhasil ditegakkan melalui parlemen dan demokrasi, dan pada saat
inipun masih sangat jauh dan tidak mudah merealisasikannya karena harus
adu bargaining dengan orang-orang kafir-sekular yang tidak bisa
diremehkan.
Namun bila sedikit kritis dan mau berpikir, opini
tersebut telah salah dalam menyatakan hakekat perjuangan di parlemen,
kesalahannya terletak pada penggunaan “tegaknya syariat Islam” sebagai
alat ukur satu-satunya untuk mengetahui keberhasilan perjuangan dalam
parlemen, padahal ada alat ukur lain untuk mengetahui kadar
keberhasilan, yaitu seberapa besar tambahan kebaikan dan pengurangan
keburukan, dalam bahasa agama sejauh mana dapat melaksanakan amar ma’ruf
nahi mungkar.
Dalam kitab Al-A’lamul Muwaqqi’in Ibnu Qoyyim
mengutip perkataan Ibnu Aqil : “Politik ialah adanya langkah-langkah
perbuatan yang manusia dapat berada lebih dekat kepada kebaikan, dan
lebih menjauhkan dari kerusakan…..”
Syaikh Albani kepada partai
FIS dan kepada umat Islam Aljazair memfatwakan : “Aku katakan ini, –
walaupun aku meyakini bahwa pencalonan dan Pemilu ini tidak
merealisasikan sasaran yang dituju (tegaknya syariat Islam) sebagaimana
keterangannya di atas.- namun dari bab membatasi kejahatan, atau menolak
kerusakan yang lebih besar dengan kerusakan yang lebih kecil, seperti
yang diperkatakan oleh Ahli Fiqih (maka aku nasehatkan untuk memilih
dari mereka golongan muslim).” Fatwa kedua: “Syariat Islam bukanlah
tujuan yang akan dapat direalisasikan, namun demikian ada tujuan lain
yang dapat dan harus dicapai melalui perjuangan di parlemen dan
demokrasi yaitu membatasi kejahatan, dan dalam kaidah ushul dinyatakan
senada dengan fatwa syaikh Albani :
“Jika tidak bisa meraih
semua maka jangan tinggalkan semuanya Bila tidak dapat merealisasikan
syariat Islam secara kaffah maka jangan tinggalkan seluruhnya
realisasikan walau hanya 1%.”
Al-Hafidz al-Suyuti mengutip
sebuah hadits : Rasulullah saw bersabda : “Jika aku memerintahkan kepada
kalian suatu perkara, maka kerjakanlah apa yang kalian mampu.”
Dan dalam al-Qur’an dinyatakan Allah SWT tidak membebani seseorang
melainkan sesuai kesanggupannya QS. 2:286 dan dalam ayat yang lain Allah
SWT berfirman yang artinya : “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah
menurut kesanggupanmu,” (QS. 64:16).
Menutup mata terhadap
point-point keberhasilan dalam perjuangan di parlemen adalah sikap yang
tidak adil, tidak jujur, tidak mencerdaskan dan tidak mendewasakan umat,
karena diakui atau tidak, telah banyak point-point keberhasilan
tersebut dan telah dinikmati oleh umat Islam Indonesia, misalnya,
kebebasan memakai jilbab, ruu sisdiknas, SKB 3 menteri lalu 2 menteri,
beberapa perda yang bernuansa ke-Islam-an, kebebasan berdakwah,
diberantasnya kemaksiatan yaitu dengan menangkapi pasangan bukan suami
istri di dalam kamar hotel, penutupan rumah-rumah bordil, perjudian,
bila kita mau adil dengan membandingkan antara rezim orde baru dengan
sekarang, maka kita akan mengetahui bahwa telah ada tambahan kebaikan
dan pengurangan kerusakan, atau bandingkan dengan negara-negara lain
yang di dalam parlemennya tidak ada umat Islam seperti perancis, Yunani,
Belanda dan lain-lain yang memakai jilbab atau untuk membangun masjid
saja tidak bisa.
Menuntut kepada orang-orang yang berjuang di
parlemen untuk membuktikan syariat Islam dapat tegak 100% sementara
dirinya sendiri tidak menunjukkan adanya langkah nyata dalam menegakkan
syariat Islam maka hal itu sama saja telah melempar boomerang untuk
dirinya sendiri. Karena yang telah menunjukkan langkah nyata saja tidak
dapat menunjukkan tegaknya syariat Islam karena gagal, apalagi yang
belum menunjukkan langkah nyata, memang tidak ada kegagalan yang dialami
tapi juga tidak ada keberhasilan, seperti orang yang tidak pergi
perang, memang tidak akan mengalami kekalahan tapi dalam waktu yang sama
juga tidak akan mengalami kemenangan.
Kedua, Opini di atas
juga dimaksudkan menggiring umat Islam agar mempunyai pemahaman bahwa
tidak adanya bukti tegaknya syariat Islam menunjukkan jalan perjuangan
melalui parlemen dan demokrasi adalah bathil. Sehingga dengan yakin
memberikan statemen : “Tidak mungkin syariat Islam ditegakkan melalui
demokrasi.”
Tentu saja opini ini menarik untuk dikaji, karena
sampai kinipun tidak ada syariat Islam yang tegak oleh perjuangan
mereka, jadi menyatakan demokrasi sebagai jalan bathil karena tidak
adanya syariat yang tegak melalui demokrasi, merupakan boomerang bagi
dirinya sendiri, karena juga tidak ada syariat Islam yang tegak melalui
jalan yang ditempuhnya, tidak dipungkiri syariat Islam pernah tegak oleh
rasulullah saw, para sahabat, tabiut-tabiin, tetapi menyatakan diri
sesuai sunnah dan menyatakan perjuangan di parlemen tidak sesuai sunnah
perlu pengujian secara ilmiah, nabi saw berhasil menegakkan syariat
Islam setelah melalui beberapa fase perjuangan seperti fase dakwah, fase
penyebaran, fase menghindari konflik, fase menyusun kekuatan dan fase
konfrontasi atau fase menghadapi musuh, sungguh saya mohon maaf bila
bertanya, apakah orang-orang yang mengharamkan parlemen telah berusaha
melalui fase-fase tersebut ?
Kalau belum, tentu saja menurut
hemat saya mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk kemajuan dakwah
adalah jauh lebih bermanfaat ketimbang mencurahkan untuk membuat opini
yang menjelek-jelekkan saudara-saudara kita yang berjuang di parlemen,
juga akan sangat bermanfaat bila mencurahkan segenap tenaga dan pikiran
untuk menasehati dan menghibur mereka dengan doa agar istiqomah dengan
tujuannya dan diberi kesabaran atas musibah-musibah yang dialami? karena
saudara-saudara kita yang berjuang di parlemen telah berusaha menempuh
fase-fase itu hanya saja belum berhasil menegakkan syariat Islam dan
tidak sedikit dari mereka yang harus meregang nyawa karena ketidakrelaan
Barat terhadap kemenangan mereka seperti di Mesir, Turki, Aljazair dan
negeri-negeri bermayoritas muslim lainnya.
Dan apa yang menimpa kamu
pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan
izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang
beriman. QS. 3:166
Atau bukankah sebaiknya tenaga dan pikiran
dicurahkan untuk menempuh fase-fase seperti yang rasulullah tempuh ?
Insya Allah andai-kata saudara-saudara tidak berhasil semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal syuhada dan sebagai orang-orang yang konsisten
dalam membela agama Allah, karena musuh bergerak secara nyata nonsen
bila dihadapi hanya dengan retorika dan dakwah.
Kembali lagi ke
masalah pembentukan opini, opini lain yang cukup ilmiah untuk
memberikan citra negatif adalah : Ikut demokrasi berarti telah mengikuti
kemauan Barat, padahal dalam QS 2:120 Allah telah mengingatkan :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga
kamu mengikuti agama mereka.”
Opini tersebut walaupun dapat
berupa nasihat tetapi tujuannya untuk menggiring pemahaman umat bahwa
berjuang di parlemen atau demokrasi adalah mengikuti kemauan Barat.
Sekali lagi, tanpa pemahaman kritis opini tersebut akan nampak benar,
karena yang diungkap dalam opini adalah dhahir realita, yaitu memang
realitanya Barat memanfaatkan demokrasi untuk dapat masuk ke
pemerintahan-pemerintahan yang mayoritas rakyatnya adalah umat Islam,
sementara itu sebagian besar umat Islam masuk ke dalam demokrasi untuk
menghadang kemauan Barat, wajar dan tidak dapat disalahkan begitu saja
bila orang-orang yang mengharamkan perjuangan melalui parlemen dan
demokrasi menyimpulkan bahwa berjuang melalui parlemen dan demokrasi
berarti telah mengikuti kemauan Barat, namun benarkah demikian ?
Dari beberapa kasus mulai mesir, Aljazair, Turki hingga Indonesia,
Barat justru kebakaran jenggot bila ada partai Islam yang ingin berusaha
memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam parlemen, kejadian terakhir di
Turki menunjukkan hal tersebut, mereka orang-orang sekular melakukan
demo besar-besaran bahkan terbesar di dunia untuk menjegal partai Islam
di sana yang akan ikut pemilu, dan sangat kuat disinyalair demo tersebut
tidak lepas dari keinginan dan pembiayaan Barat, begitu juga dengan di
Indonesia beberapa tahun lalu, partai yang berusaha memasukkan
nilai-nilai Islam dalam parlemen di opinikan terlibat jaringan teroris,
tujuannya agar dapat menjegal partai tersebut dalam pemilu. Begitu juga
di Aljazair ketika partai Islam akan menang, dan ingin menerapkan
syariat Islam maka atas pesanan Barat militer Aljazair mengkudeta FIS.
Jadi sangat tidak beralasan bila orang-orang yang berjuang di parlemen
untuk memasukkan nilai-nilai Islam dikatakan telah mengikuti kemauan
Barat, buktinya Barat justru kebakaran jenggot.
Kalau kita mau
jujur, terhadap sikap pengharaman perjuangan di parlemen dan tidak
menempuh fase-fase nyata dalam menghadapi Barat, justru akan membuat
Barat senang dan berterima-kasih, karena tidak perlu repot-repot
menjegal partai yang ingin memperjuangkan nilai-nilai Islam di parlemen,
sudah ada yang membantunya untuk menjegal yaitu umat Islam sendiri,
istilahnya memukul umat Islam dengan meminjam tangan umat Islam dan
tinggal nonton TV di gedung putih.
Jadi sebetulnya siapa yang
telah mengikuti kemauan Barat dan menguntungkan barat, orang-orang yang
berjuang di parlemen untuk menerapkan nilai-nilai Islam ataukah yang
mengharamkannya tetapi tidak ada tindakan nyata untuk menghadapi Barat ?
Hati-hati menuduh perjuangan di parlemen sebagai mengikuti kemauan
Barat tetapi tidak sadar dirinya sendiri telah membantu Barat, ini
boomerang yang kedua.
Ada beberapa opini lain yang dapat
menjadi boomerang bagi pembentuk opini itu sendiri misalnya dinyatakan
membuat partai berarti telah berpecah belah, padahal Allah telah
melarangnya, kalau sedikit kritis, masuk partai atau tidak hal itu dapat
terjadi, cobalah amati orang-orang yang mengharamkan partai, mereka
telah terpecah belah menjadi beberapa kelompok, ini juga boomerang. Dan
masih banyak lagi opini-opini lain yang tidak mungkin di bahas satu
persatu karena alasan keterbatasan ruang halaman dan takut membeberkan
strategi perjuangan di parlemen, tetapi yang jelas dengan sedikit
kritis, maka opini tersebut akan nyata dapat berlaku bagi yang
diopinikan maupun bagi pembuat opini itu sendiri (menjadi boomerang) .
Oleh karena itu, kalau memang ada kesalahan mereka, alangkah baiknya
bila diberi nasehat, bukan membuat opini negatif, kalau tidak bisa
mendukung tidakkah jauh lebih bermanfaat segenap tenaga dan pikiran
dicurahkan untuk perjuangan Islam dengan metode yang diyakini ? Siapa
tahu nanti secara sinergi perjuangan di parlemen dapat kompatible dengan
perjuangan di luar parlemen dalam menegakkan Islam.)I(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar