“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.
Hadits Nabi SAW:
“Barang siapa yang menunjukkan pada kebaikan maka baginya mendapat pahala seperti orang yang melakukan kebaikan tersebut” (HR Muslim).
“Setiap kebaikan adalah shadaqoh” (HR Bukhari)
1. Ikhlash (Keikhlasan)
Ikhlas dan Membebaskan Diri dari Motivasi yang Salah dan Rendah.
Kampanye dalam Islam merupakan bagian dari amal shaleh dan ibadah, maka dari itu perlu diperhatikan keikhlasan niat dan ketulusan motivasi setiap hati nurani para penyelenggara, peserta terutama da’i dan juru kampanye. Agar kampanye yang dilakukan tidak hanya berdampak pada masalah-masalah keduniaan, tetapi juga mendapat keridhaan dan keberkahan Allah SWT. serta pahala kebaikan di akhirat. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Bayyinah 5, artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus”.
Pada saat kampanye, faktor-faktor yang merusak keikhlasan harus dijauhi. Arogansi atau kesombongan yang disebabkan oleh banyaknya pengikut atau kelebihan lain, juga harus dihindari. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Anfal 47, artinya:
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan”.
2. Tha’ah (Keta’atan)
Ta’at dan Komitmen kepada Seluruh Aturan Allah, Perundangan yang Berlaku, dan Arahan Partai.
Pada saat kampanye, terkadang larut dalam berbagai acara dan pembicaraan yang membuat lupa atau mengabaikan keta’atan kepada Allah, seperti kewajiban shalat. Bagi seorang muslim, saat berkampanye jangan sampai mengabaikan keta’atan kepada Allah apalagi sampai kepada tingkat melalaikan diri dan orang lain dari jalan Allah. Demikian halnya dengan keta’atan kepada aturan yang berlaku, dan arahan partai yang berkenaan dengan kampanye sebagai bentuk ketaatan kepada ulil amri, hendaknya diperhatikan.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Allah berfirman:
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman, 6)
3. Uswah (Keteladanan)
Menampilkan dan Menyampaikan Program-program Partai dengan Cara dan Keteladanan yang Terbaik (Ihsan)
Di antara etika kampanye yang terbaik dan simpatik adalah mengedepankan keunggulan partai yang bersangkutan, tanpa perlu menjelekkan dan mengejek orang, partai atau golongan lain seperti dengan cara yang bagus dan profesional.
Rasulullah SAW. bersabda
“Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat sebaik-baiknya (ihsan) dalam segala sesuatu” (HR. Muslim).
Di antara kampanye yang efektif adalah dengan cara memberi keteladanan yang terbaik. Bahasa perilaku sering lebih efektif daripada bahasa lisan. Kampanye adalah memikat dan menarik simpati orang.
Rasulullah saw. bersabda:
“Mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling sempurna akhlaknya” (HR. Abu Dawd, At Tirmidzi, Ahmad)
4. Shidq (Kejujuran)
Jujur, Tidak Berdusta /Berbohong atau Mengumbar Janji
Kejujuran merupakan salah satu kunci sukses berkomunikasi politik. Berbagai kebaikan akan menyertai kapan, dimana, dan siapa saja yang komitmen dengan kejujuran. Kampanye tidak boleh menghalalkan segala cara. Tujuan luhur tidak boleh dirusak oleh cara yang kotor. Berbohong adalah perbuatan terlarang dalam Islam, apalagi yang dibohongi itu orang banyak, sudah tentu bahayanya lebih berat. Berbohong adalah menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Rasulullah SAW. besabda:
“Berpeganglah kamu dengan kejujuran, karena jujur itu menujukkan (jalan) kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan (jalan) ke sorga. Dan seseorang yang senantiasa jujur dan selalu menjaga kejujuran sampai dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan janganlah kamu berdusta, karena dusta mengantarkan pada kemaksiatan (kecurangan) dan kemaksiatan (kecurangan) itu mengantarkan ke neraka. Dan seseorang yang senantiasa berdusta dan terus melakukan dusta sampai dicatat disisi Allah sebagai pendusta” (HR. Muslim).
Kondisi yang tidak terkendali, juga bisa mengakibatkan seseorang larut dalam perilaku dan orasi yang cenderung mengumbar janji muluk yang tidak mungkin dilaksanakan. Hal ini harus diperhatikan oleh seorang da’i/ juru kampanye. Janji pasti akan dipertanggung-jawabkan di Akhirat. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Israa’:34, artinya:
“Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya”.
5. Ukhuwwah (Persaudaraan)
Tetap Menjaga Ukhuwah (Peraudaraan), Tidak Ghibah, Caci Maki, dan Cemooh.
Kampanye bukanlah arena untuk memuaskan selera dan hawa nafsu. Perkataan yang diucapkandan sikap yang ditampilkan harus senantiasa mencerminkan rasa ukhuwah Islamiyah. Tidakboleh berprasangka buruk apalagi melontarkan tuduhan-tuduhan yang tidak beralasan, karenahal itu akan menimbulkan kerenggangan dan perseteruan yang mengganggu ukhuwah. AllahSWT berfirman dalam surat Al Hujuraat 10, artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara keduasaudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Janganlah saling hasad, saling membuka aib, saling benci, saling berpaling, dan janganlahkalian menjual dagangan saudaramu, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.Muslim dengan sesamanya adalah saudara, tidak saling menzhalimi, saling menghina,meremehkan. Takwa letaknya ada disini (Rasulullah SAW menunjuk pada dadanya 3x ).Seorang sudah cukup dianggap jahat jika menghina saudaranya. Setiap muslim dengansesamanya adalah haram; darah, harta dan kehormatannya”(HR. Muslim).
Dalam kampanye juga tidak dibolehkan mengeluarkan kata-kata yang melukai harga diri danmartabat seseorang atau lembaga yang dihormati oleh Syari’at. Allah SWT berfirman di surat AlHujuraat 11 dan 12, artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadiwanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) danjanganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknyapanggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat,maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilahkebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa danjanganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamumenggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan dagingsaudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalahkepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Mencaci maki seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya suatu kekafiran.”(Muttafaqun ‘alaihi).
6. Tarbawy (Edukatif)
Komitmen dengan Nilai-Nilai Edukatif, Persuasif dan Tidak Memaksa atauMengancam/Mengintimidasi, Tertib dan Tidak Menggangu, dan Menghindari Acara yangKurang Bermoral.
Kampanye adalah salah satu sarana pendidikan politik yang menjunjung tinggi nilai-nilai moraldan kesantunan, di samping sebagai sarana da’wah yang memiliki makna mengajak dengan carapersuasif, tidak memaksa atau mengintimidasi. Dalam kampanye tidak boleh memaksa danmemaksakan kehendak kepada orang lain. Termasuk mempengaruhi dan mempolitisir supayamenerima dan memberikan hak pilihnya kepada partai tertentu dengan berbagai cara yangbersifat memaksa atau terpaksa, seperti dengan cara politik uang. Dengan demikian, kampanyeedukatif ini menuntut setiap partai dan juru kampanye/da’i agar lebih inovatif, kreatif, danproaktif.
Massa pemilih mempunyai hak dan kebebasan memilih suatu partai sesuai dengan pilihan hatinurani. Sebagaimana dalam memeluk agama, manusia diberikan hak untuk beragama sesuaikeyakinannya, apalagi dalam hal berpartai. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Baqaarah: 256, artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelasjalan yang benar daripada jalan yang sesat”.
Saat kampanye, juga harus diperhatikan hak orang lain terutama hak jalan. Jika kampanyemenggunakan cara pengerahan masa dan sejenisnya, maka harus dilakukan secara tertib danterkendali. Hak pengguna jalan harus diberikan dan dilarang merusak atribut partai lain.
Rasulullah SAW.bersabda:
“Jauhi oleh kamu duduk di (pinggir) jalan. Mereka berkata: Wahai Rasululah, kami tidak bisamenghindari duduk (di pinggir jalan) (saat) kami (perlu) bercerita. Maka Rasulullah SAW.bersabada (lagi): Jika kamu sekalian enggan (dan tetap harus duduk di) majelis (tersebut),maka berikanlah hak jalan. Mereka berkata: Apakah hak jalan itu? Beliau bersabda: menjagapandangan, tidak mengganggu, menjawab salam, dan ama ma’ruf serta nahyi munkar.” (HR.Muslim)
Rasulullah SAW.bersabda:
Artinya: “Janganlah menimbulkan kerusakan pada diri sendiri dan orang lain” (HR, Malik, IbnuMajah, Ahmad, dan ad-Daruqutni).
Demikian pula dengan acara atau hiburan yang tidak mendidik bahkan cenderung tidak moral.Karenanya harus dihindari hiburan yang menampilkan unsur pornografi-pornoaksi dan hal-halyang dilarang oleh agama, aturan maupun adat.
Rasulullah saw. Bersabda:
“Dan seorang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa saja yang Allah larang”.(HR. Bukhari)
7. Tawadlu’ (Rendah Hati)
Rendah Hati, Tidak Menyombongkan Diri, dan Tidak Mudah Menuduh Orang Lain.
Akhlak Islam mengharuskan agar suatu partai tidak menganggap dirinya paling baik apalagipaling benar, misalkan anggapan partainyalah yang paling Islami, sedang orang lain dan partailain tidak ada yang benar. Juga tidak mudah menuduh kalangan lain melakukan suatu kesesatanatau perbuatan bid’ah. Cara ini bukan cara yang Islami. Menyampaikan keunggulan sendiriboleh saja, tetapi tidak harus mengklaim apalagi menyombongkan diri sebagai yang terbaik ataupaling Islami.
Mengakui keterbatasan diri sebagai manusia dan keterbatasan partai sebagai kumpulankomunitas manusia adalah bagian dari sifat rendah hati yang disukai siapapun. Selanjutnyamenggantungkan rencana dan program pada Allah SWT. Tujuan berpolitik dalam Islam tidaklain adalah mencari ridha-Nya. Allah SWT. berfirman di surat An Najm 32, artinya: “Makajanganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yangbertakwa”.
Rasulullah saw. Bersabda :
‘Barangsiapa yang rendah hati untuk Allah satu derajat, niscaya Allah mengangkatnya satuderajat sampai menjadikannya di kalangan orang-orang tertinggi, dan siapa saja yangmenyombongkan diri terhadap Allah satu derajat, maka Allah akan menurunkannya satuderajat sampai menjadikannya di kalangan orang-orang paling rendah.’ (HR. Ahmad).
8. Ishlah (Perbaikan)
Memberikan Nilai Kemaslahatan, Solusi, dan Perbaikan bagi Seluruh Bangsa.
Kampanye hendaknya dapat memberi kemaslahatan bagi bangsa baik material maupun spiritual,dan menghindari kampanye yang tidak berguna, sia-sia, apalagi menimbulkan dosa. Dalam halpembuatan spanduk, stiker, atau perangkat kampanye lain, juga harus memuat pesan yang baikbagi masyarakat.
Rasulullah SAW. bersabda, artinya:
“Di antara kebaikan Islam seseorang, (dia) meninggalkan apa-apa yang tidak berguna” (HR.Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Kampanye yang mengarah langsung pada problem solving (pemecahan masalah) yang sedangdihadapi bangsa Indonesia, seperti menggagas penyelamatan bangsa, shilaturrahim, aksi-aksikepedulian sosial, advokasi, penyuluhan hukum, dan ceramah agama, lebih baik dari hanyasekedar slogan kosong.
Rasulullah SAW. Bersabda:
“Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah hubungan silaturahim, danshalat malamlah ketika manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat” (HRIbnu Majah, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, dan Hakim dalam Mustadrak-nya mengatakan shahihmenurut syarat Bukhari dan Muslim)
Inilah beberapa adab kampanye yang perlu diperhatikan, mudah-mudahan dapat berguna bagiPartai Keadilan Sejahtera dan partai lainnya. Sehingga ketertiban dan keamanan saat kampanyedapat terwujud, korban jiwa dapat dihindari, dan upaya mempercepat tumbuhnya iklimdemokrasi yang beradab dan bermartabat di Indonesia menuju Baldatun Thayyibatun waRabbun Ghafur akan terjamin dan segera terealisasi.
http://mujahidallah.wordpress.com/bayan-dpp/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar